Malam Rahasia
bila bening mata
menjalar bersama zikir ke angkasa
hujan akan turun membasahi udara
penuh rahasia
bila malam menggigil
tanpa purnama
bintang-bintang akan bertegur sapa
sambil menyanyikan kidung cinta
pada semesta
hingga kau dan aku
sama sama terluka
Gowok, 22-01-07/Cabean, 09-01-08
Engkau Masih Menari
malam segigil ini
engkau masih menari
bersama ombak-ombak kecil
bulan tak sepenuhnya terbenam
cahayanya merunduk
seperti bunga-bunga menatapi senja
lalu kau berlari
menaiki dermaga
menari selentur buih-buih putih
hingga bayang-bayangmu menghilang
bersama jejak bulan
dan laut tak lagi punya penghuni
Yogyakarta, 2007-2008
Episode Sunyi
bila bulan dan matahari
tak lagi sanggup menuturkan bahasa musim
akan kutulis tubuhmu
menjadi sajak-sajak
ingin kubaca engkau
pada semilir angin pancuran cahaya
gemeretak daun-daun
dan bening nilam air mata
agar bila sampai pada penyair
engkau hadir tanpa suara
tapi mengalir inti cuaca
lalu kupeluk adamu
pada ketiadaanku
Yogyakarta, 2006
Malioboro Malam Hari
ketika desau angin mati
senyummu menelusup halus di bibirku
menjadi puisi
yang tak pernah mati
masih saja sepi
kuucapkan selamat malam
kepada siapa saja yang berjalan
di atas tubuhmu
tanpa nyala api
tuhan, malam ini aku terperangkap
Malioboro, 2007
Sebelum Senja
sebelum senja
kau masuki pematang sawah
membacakan sajak-sajak rumput
masih tak sampai hati aku
melukai tubuhmu, katamu
serupa bahasa burung-burung
saat mencerca capung-capung
padi mulai merunduk
lebih kuning dari usiamu
yang kian hening
kau seret tubuhmu ke tepi sungai
lalu mencebur bersama ikan-ikan
menjadi bunga-bunga
mengalir hingga di laut lepas
dan senja benar-benar sempurna
Yogyakarta, 2006
Parangtritis 2
ini senja pertama
sebuah prosa mengetuk dadaku
gerimis baru saja reda
udara terasa asin
pasir-pasir putih membeku
seperti rinduku melaut biru
kapal-kapal berdatangan
mengajakku berlayar
Madura, kutemukan dirimu
pada ombak yang selalu pasang
Yogyakarta, 2007-2008
Lagu Perjalanan
perjalanan ini kumulai
ketika fajar melepas matahari
kuucapkan selamat pagi pada bunga bunga
di ubun daun daun
kidung embun mengalun
burung burung berdendang
mengiringi bayangku menuju dermaga
laut biru senggama dengan perahu
dan aku akan berlayar
membawa manik manik air mata ibu
mendaki tangga mata
selendang biru cakrawala
kalau saja bagaskara tergesa gerhana
bintang bintang akan bercahaya
dan purnama akan terbit
dari doa ibu yang telaga
selepas itu aku pasti kembali
dengan warna pelangi sejuta prasasti
Yogyakarta, 2006
Sepasang Rajawali
sepasang rajawali mencakar dadaku di pembaringan
habis mataku terpejam
ia menghilang
padahal aku masih belum bertanya
siapa yang mengajarinya terbang?
Yogyakarta, 2007
Belajar Menari
aku sedang belajar menari, ibu
tarian yang lebih halus dari gerak angin
dan lebih panas dari bara api
lihatlah,
rambutku mulai terurai
serupa daun-daun jannah
yang melambai ke muara sungai
ada ikan emas menatapku cemburu
burung-burung kehabisan kicau
ah, engkau meniup seruling untukku, Ibu
tanganku kembali gemulai
mungkin lebih indah dari kuncup bunga-bunga
di taman
seekor kupu-kupu biru hinggap di leherku
aku lunglai, barangkali inilah tarianku yang penghabisan
aku belajar menari, Ibu
sekali lagi, kepada Rumi
Yogyakarta, Juni 2007
Ketika Rumi Menari
rumi, engkaukah yang bersajak di malam sunyi
sampanku bergetar
burung-burung tiba-tiba berkicau
memangsa cakrawala
kutemukan bintang gelisah
karena rumi menari-nari
mengajari daun-daun bernyanyi
ketika ku dekat, engkau pekat
aku pun lelap
dalam peluk laut yang menggeliat
Yogyakarta, 2007
Cerita Buat Ibu
tadi malam aku bermimpi
bulan dan matahari berpelukan
bulan kehabisan cahayanya
sedang matahari semakin ganas
menancapkan kejantanannya
pada celah-celah gulita
ada gerimis yang begitu lembut
dari kabut tipis yang berwarna tanah basah
bulan tersungkur di sana
"ibu, apa yang bisa kau tafsiri
tentang peristiwa kecil ini?"
ibu membelai rambutku pelan
sambil menembangkan syair-syair hujan
dan kurasakan pecahan air matamu
hangat di lenganku
Yogyakarta, Juni 2007
Ziarah
mampir di sekujur tubuhmu
dini hari
sederet buah manggis
menyambutku serupa gerimis
lidah ini ingin mencicipi
tapi dingin jalan panjang perjalanan
memaksaku kembali
menafsiri ayat-ayat sunyi
di kelopak matamu yang rubi
Yogyakarta, 2007
Pada Malam Pertama
lewat celah jendela
angin itu bersabda
tentang cinta
pada malam pertama
napasmu menjatuhkan setetes anggur
membasahi secarik luka yang bercahaya
di dada
bulan dan bintang-bintang
tidur sempurna
Yogyakarta, 2007
Tidur Panjang
- bersama Achmad Muklish Amrin
tidur panjang
yang meninggalkan mimpi matahari
mekar kembang harapan,
harapan ikan ikan
di bibir laut
camar ingin menuntaskan risau
langit musnah
aku temukan matamu
menyampaikan risalah luka,
dan aku kembali ke laut
melukis bintang karteka
di rentang fajar
o, tidur panjang
gelisah ini tak akan selesai
Yogyakarta, 2006-2007
Nostalgia Kupu Kupu
dalam semedi
aku tinggalkan berpuluh matahari
menafsiri bulu-bulu di punggungku
yang terus memanjang
memecah ruang
angin subuh telanjang
aku pun belajar terbang
melewati bunga-bunga di taman
bibir kita saling kecup,
kuncup itu menua lalu rekah
dzikir-dzikir cinta
semerbak ke angkasa
segala mata gelisah
menyimpan rahasia
namun tangan dingin bocah kecil
segera menyergap mataku
di kelopak seroja
cahaya beringsut di utara
bumi kehilangan mantra
awan hitam berhamburan
menuliskan risalah luka
aku kupu-kupu tanpa mata
merindu cerita bunga
di ujung rambut-rambut panjang
irisan pohon pisang
Yogyakarta, 2007
Melewati Siang
kita kembali meninggalkan
bukit-bukit biru di timur
matahari menyala di batas kaki langit
menuntaskan bunyi burung-burung dalam rimba
di sekujur tubuhmu
sungai-sungai mengalir
aku bayangkan bagaimana rasanya jadi ikan
mengajakmu bercinta
membelai rambutmu yang terurai
betapa indah
segalanya tanpa jarak
matamu, mataku, mata gelisah
membungkus anggur rahasia
yang tumbuh dalam air
tanpa cawan selain bibir kita
o, agaknya masih terlalu dingin
rumput-rumput itu menguning
adalah pemberontakan musim
sementara hasrat terlanjur menyala
memberikan muncratan pertama
sedalam kata-kata pujangga
dan ketika tubuh terbaring basah
senja telah memerah di kepala
kita pun bertanya, berapa lama kita bercengkerama?
Yogyakarta, 2007
1 komentar:
siiiiiiip, gus.
Posting Komentar