I
Akhirnya, di sini kita kembali berpelukan
dermaga biru yang dulu menyatukan angan
ketika sepasang mata tanpa sengaja berpapasan
aku yang belum mengerti
makrifat sunyi sajak-sajakmu
terbuai merdu pada seruling bambu
yang kau tiup di bawah teduh cemara biru
gelombang menyala
buih putih berhambur pecah
bongkahan batu batu tiba-tiba bergetar
dan langit seakan kehabiasan warna
sepasang camar berputar
mengelilingi sampan
sirene olle ollang memukau
melebihi tembang kenangan
entah siapa yang memulai
tiba tiba kita menjelma nelayan dan ikan ikan
II
Akhirnya, di sini kita kembali berpelukan
setelah 41 purnama
berjalan di rentang pertarungan
menapaki tebing gunung dan curah selokan
sambil menikmati kicau burung di hutan hutan
dan kita temui banyak kunang kunang bertebaran
serupa redup bintang bintang
III
akhirnya di sini kita kembali berpelukan
air surut kau dan aku dipaksa ke tengah laut
saat air mata berjatuhan
kita mulai mengerti isyarat isyarat
bahwa di sini,
dermaga yang mempertemukan
dan akan memisahkan
tak perlu ada jerit serunai
untuk menguburkan rasa risau
atau memimpikan pulau pulau
tak usah ada kembang api
demi membakar langit sepi
mari menghening diri
tafakkur segala yang terlanjur
merangkai cahaya lebih cerlang dari matahari
jalan panjang harus didaki besok pagi
kita musti menemukan hari lain
sebelum perahu layar sampai di pulau seberang
sebab ada banyak rumah yang hanya bisa kita masuki
lewat pintu hati sendiri
Yogyakarta, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar