Jumat, 09 Mei 2008

Perempuan Senja Hari

perempuan itu datang di senja hari
membawa seberkas catatan cinta
lagu rindu yang tertunda
perutnya bunting
padahal tak sekalipun bersenggama dengan lelaki, katanya

cuma pada suatu malam
ia meminta bulan berteduh di pembaringan
bercerita tentang langit, bintang bintang,
dan kemana awan awan hitam menghilang

"apakah mungkin Maryam lahir kembali?" bisikku
setengah merayu

gerimis turun satu satu
guntur bergemuruh dari balik dadanya
sepasang halilintar menyambar
menggetarkan ruangan
ia merunduk lalu pergi
entah luka atau kecewa

perempuan itu datang di senja lain
perutnya tak lagi bunting
dengan dua genggam catatan siang
tak kalah garang dari tangis perang

istriku datang menyuguhi kopi hangat
duduk di sampingku dengan senyum secerah matahari

perempuan di depanku patung sejenak
mereguk kopi pelan pelan
hingga tak terasa malam
menawarkan pulang

mengapa tak kau sampaikan segala
yang kau risaukan, tanyaku penuh ragu

kubaca tubuhnya penuh nanah
akupun terbata menaruh gundah

;istrimu lebih paham tentang segala resah perempuan, jawabnya
kemudian diam menatap istriku seramah bulan
setelah itu ia tak kembali tandang

Yogyakarta, 2006

Tidak ada komentar: